| optimized for Safari | Last update:oct 2013 | © 2006 Melati SURYODARMO
Memorabilia featuring Fitri Setyaningsih and Djarot Budi Darsono
2008
Performed at Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta, Indonesia, 2008 Photo: Jauhari
This work is based on the intension to find the trails (sequences of marks left by somebody or something moving along the surface) of existing life or static objects or persons who are connected to my life journey.
It is an intension to activating personal process which seem to be frozen inside the memory container in my body. It is also an intension to research or find forthcoming possibilities to face the future. A challenge to be in the presence is to lose the past and being untied by the future. But pictures which remain in our memories are mostly still alive and influencing our presence.I am interested to include socio-psychological methods used for analyzing someone’s life resistance, through confronting my physical and conceptual presence with other persons, other life objects, and static objects.In Memorabilia, I invited two artists, Fitri Setyaningsih (choreographer) and Djarot Budi Darsono (actor, choreographer, theatre director) to share their unveiled memories. The process of creating the work was depending on the memories they shared. We spent three months to exchange, discuss, and share our experiences regarding the most inevitable memories.
All objects and actions presented in this performance were realted to our personal memorabilias. We use music, coffee, rooster, books, mirrors, shoes, stage, and video projection.
Performed at Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta, Indonesia, 2008 Photo: Jauhari
______________________________________
Bermula dari sebuah proses pengumpulan memori-memori ingatan, yang tersimpan dalam tubuh, yang tersimpan dalam darah dan otak kecil, bawah sadar, saya melihat ada sebuah pembentukan jaringan pola-pola tingkah laku yang mungkin adalah hasil dari pengumpulan-pengumpulan alami.
Pola-pola tingkah laku ini menjadi tajam dan jelas bentuknya ketika tubuh dikonfrontasikan dengan situasi yang mendorong aktifnya sebuah fungsi yang sifatnya melekat dalam watak.
Dari perjalanan hidup selama ini, terpisah secara geografis dari tanah asal, saya merasa masih belum selesai dengan masa lalu yang tertinggalkan. Masa-masa yang belum selesai dan mungkin tidak akan pernah selesai. Meninggalkan jejaknya, dalam tubuh dan dalam tingkah laku.
Rasa keinginan untuk mencari kembali, menggali lubang-lubang yang tak terkubur lagi, menelusuri jejak-jejak yang tertinggalkan menjadi semakin kuat.
Namun, bagaimana mungkin kita bisa kembali ke masa lalu?
Saya tersadarkan sejenak, bahwa nafasku adalah sebuah kencan yang kubuat dengan hidup. Tubuhku ini hanya pinjaman. Ketika otot-ototku bergerak, tergesek oleh nafas, memori-memori ingatan menjadi bermunculan, dan gumpalan daging ini, menampakkan keberadaannya. Di tubuhku ada peta-peta. Di dalam peta-peta itu ada arus yang mengalir, menyeret kenangan-kenangan masa lalu, mengonggokkannya di sela-sela rongga nafas dan tikungan-tikungan pembulu nadi.
Sebenarnya, apa arti tubuh ini tanpa tubuh yang lain? Apa arti nafasku ini tanpa ada nafasmu? Keberadaanmu membuat keberadaaku menjadi berarti. Dan masa lalu tidak pernah selesai karena hari ini masih ada.
Memorabilia adalah bagian kecil dari sebuah proses, untuk berhenti sejenak dan mencoba untuk mengingat, serta mengamati, gumpalan-gumpalan memori ingatan yang membekas dan masih ada di kedalaman tubuh.
Memorabilia mengajak keterlibatan pelakunya untuk melepaskan identitasnya sejenak dan membaca kembali memori-memori masa lalu sebagai sebuah proses pembentukan. Akhirnya, memorabilia, tidak akan pernah berhenti, karena besok akan menjadi hari ini dan sekarang menjadi masa lalu.__________________________________________
Duration: 3 hours
Performed at the Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta, Indonesia August 8 + 9, 2008
Featuring: Fitri Setyaningsih and Djarot Budi Darsono
Performed at Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta, Indonesia, 2008 Photo: Afrizal Malna
Performed at Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta, Indonesia, 2008 Photo: Jauhari
Performed at Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta, Indonesia, 2008 Photo: Afrizal Malna